DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
Irchas Eko Wilantara
Ade Nurmayanti
Ade Verientic. S.
Tri Destiani
Widyawati
Dosen Pengampuh: H.A. Fickry Faisya, SKM, M.Kes
UNIVERSITAS NEGERI SRIWIJAYA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
ALIH PROGRAM
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
upaya pembangunan kesehatan masyarakat yang berbasis pada upaya promotif dan
preventif, dimana pembangunan kesehatan ini berguna untuk meningkatkan derajat
kesehatan manusia.Upaya pemerintah dalam meningkatkan taraf hhidup bersih sehat
terus-menerus dioptimalkan dengan program-program kesehatan untuk masyarakat.Salah
satunya ialah program Prilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) yang ditekankan pada
rumah tangga.
Rumah Tangga
Ber-PHBS didapatkan dari rumah tangga yang seluruh anggotanya berperilaku hidup
bersih dan sehat. Indikator ini merupakan indikator komposit dari 10 indikator,
yaitu 1) pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, 2) bayi diberi ASI
eksklusif, 3) balita ditimbang setiap bulan, 4) menggunakan air bersih, 5)
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, 6) menggunakan jamban sehat, 7)
memberantas jentik di rumah sekali seminggu, 8) makan sayur dan buah setiap
hari, 9) melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan 10) tidak merokok di dalam
rumah. Apabila dalam Rumah Tangga tersebut tidak ada ibu yang melahirkan, tidak
ada bayi dan tidak ada balita, maka pengertian Rumah Tangga ber-PHBS adalah
rumah tangga yang memenuhi 7 indikator Presentase Rumah tangga Ber-PHBS tahun
2012 sebesar 56,5%. Persentase capaian sebesar 94,2% dari target yang
ditetapkan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa target 60% rumah tangga yang
Ber-PHBS pada tahun 2012 belum tercapai. (Kemenkes RI, 2012).
Salah satu
indikator yang menjadi permasalahan pada masyarakat saat ini ialah masalah tinja
beserta pengelolaannya. Dari laporan Riskesdas 2001, penduduk yang memiliki
akses terhadap jamban sehat sebesar 54,3 persen dan masih ada 34 persen
penduduk yang masih menjadikan lahan terbuka sebagai tempat pembuangan tinja.
Sementara rumah tangga yang menggunakan air PDAM tercata baru 13,3 persen.
Di
negara berkembang, masih banyak terjadi pembuangan tinja secara sembarangan
akibat tingkat sosial ekonomi yang rendah, pengetahuan dibidang kesehatan
lingkungan yang kurang, dan kebiasaan buruk dalam pembuangan tinja yang
diturunkan dari generasi ke generasi.Kondisi tersebut terutama ditemukan pada
masyarakat di pedesaan dan didaerah kumuh perkotaan. Seseorang umumnya
menghasilkan 1,8 liter ekskreta sehari, yang terdiri dari 350 gram bahan padat
kering, termasuk 90 gram bahan organik 20 gram nitrogen. hal ini memutuhkan pengelolaan ekskreta
dengan baik dan ramah lingkungan.(Mara, 1994).
Ditinjau
dari segi kesehatan lingkungan, kotoran manusia dapat menjadi masalah yang
sangat penting.Pembuangan tinja secara layak merupakan kebutuhan kesehatan yang
paling diutamakan. Pembuangan tinja secara tidak baik dan sembarangan dapat
mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, atau menjadi sumber infeksi, dan
akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan, karena penyakit yang tergolong
waterborne disease akan mudah berjangkit.
Oleh
karena itu kami perlu mendeskripsikan tinja dan cara pengolahannya agar dapat
mencegah penularan penyakit pada manusia.
B.
Rumusan Masalah
Dari
permasalahan yang terdapat dalam latar belakang diatas, maka penulis merumuskan
masalah
Bagaimana
cara menanggulangi tinja agar tidak menimbulkan penyakit bagi manusia?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Memberikan
pengetahuan kepada masyarakat terkait pentingnya kesehatan khususnya
pengelolaan tinja.
2. Mencegah
penularan peyakit yang diakibatkan oleh tinja.
3. Memberikan
informasi terkait penyakit yang disebabkan oleh tinja.
D.
Manfaat Penulisan
Penulisan
ini diharapkan bermanfaat bagi penulis dan pembaca sebagai tambahan informasi
agar masyarakat mampu berprilaku hidup sehat yang berguna untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dengan mengelola tinja secara aman.
BAB
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pengertian Tinja
Eskreta
manusia merupakan hasil akhir dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia
yang menyebabkan pemisahan dan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dibutuhkan tersebut berbentuk tinja dan air
seni.(Chandra, 2012).
Kotoran
manusia (faeces) adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks.
Penyebaran penyakit yang bersumber pada faeces dapat melalui berbagai macam
jalan dan cara. (Notoatmodjo,2006).
Kotoran
dari manusia yang sakit atau sebagai carrier dari suatu penyakit dapat menjadi
sumber infeksi.Kotoran tersebut mengandung agent penyakit yang dapat ditularkan
pada pejamu baru dengan dengan perantara lalat.(Chandra, 2012).
1.
Komposisi
Tinja
Komposisi
tinja manusia terdiri atas :
a. Zat
padat
b. Zat
organik
c. Zat
anorganik
2.
Kuantitas
Tinja
Kuantitas
tinja dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :
a. Keadaan
setempat
b. Faktor
fisiologi
c. Kebudayaan
d. Kepercayaan
B.
Bahaya
Tinja Terhadap Kesehatan
Bahaya
terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat pembuangan kotoran secara
tidak baik adalah pencemaran tanah, pencemaran air, kontaminasi makanan dan
perkembangbiakan lalat. Sementara itu, penyakit-penyakit yang dapat terjadi
akibat keadaan diatas, antara lain , tifoid, paratifoid, disentri, diare,
kolera, penyakit cacing, hepatitis viral dan beberapa penyakit infeksi
gastrointestinal, serta infestasi parasit lain. Penyakit tersebut bukan saja
menjadi beban komunitas (dilihat dari angka kesakitan, kematian dan harapan
hidup), tetapi juga penghalang bagi tercapainya kemajuan dibidang social dan
ekonomi.Pembuangan kotoran manusia yang baik merupakan hal yang mendasar bagi
keserasian lingkungan.(Chandra, 2012).
Ekskreta
yang dimanfaatkan manusia dalam hal pertanian dan budidaya air ternyata
memiliki dampak juga terhadap kesehatan manusia. Ekskreta mengandung kadar
pathogen yang tinggi karena ekskreta mengandung virus, bakteri, protozoa dan
cacing yang keluar dari dalam tubuh manusia kemudian masuk melalui makanan yan
dikonsumsi manusia sehingga dapat menimbulkan infeksi. (Mara dan Cairncross
(1994).
Berikut
ini kelompok infeksi yang diakibatkan oleh ekskreta :
Tabel
1.2
Penggolongan
infeksi asal ekskreta menurut lingkungan
No
|
Kasus Infeksi
|
Kelompok Dan Corak Epidemiologi
|
Infeksi
|
Pusat Penularan
|
Tindakan Pengendalian Utama
|
1
|
I
|
Tidak laten, Dosis infeksi rendah
|
Amoebiasis, balantidiasis,
enterobiasis, infeksi virus usus, giardiasis, himenolepiasis,hepatitis A,
infeksi rotavirus
|
Perorangan dan rumah tangga
|
Penyediaan air rumah dan jamban
tangga, pendidikan kesehatan.
|
2
|
II
|
Tidak laten, dosis infeksi sedang atau
tinggi kekanjangan sedang mampu berkembang biak.
|
Infeksi campylobacter, kolera, infeksi
Escherichia coli, salmonellosis, shigellosis, tifus yersiniosis
|
Perorangan dan rumah tangga
Air
Tanaman
|
Penyediaan air rumah dan jamban
tangga, pendidikan kesehatan. Pengolahan ekskreta perumahan yang diperbaiki.
|
3
|
III
|
Laten dan Kejang, tidak ada inang
|
Ascariasis
Infeksi cacing tambang,
strongylodiasis, trichuriasis
|
Halaman
Ladang
Tanaman
|
Penyediaan jamban
|
4
|
IV
|
Laten dan Kanjang, Sapi atau babi
sebagai inang
|
Taeniasis
|
Halaman
Ladang
Pakan Ternak
|
Penyediaan Jamban
Pengolahan Ekskreta
Pemasaakn, pemeriksaan daging
|
5
|
V
|
Laten dan kanjang
|
Cloonorchiasis
Diphyllobothriasis
Fasciolliais
Gastrodiscoidiasis
Heterophyasis. Dsb.
|
Air
|
Penyediaan Jamban
Pengolahan Ekskreta
Pemeriksaan Cadangan Air hewan
Pemeriksaan inang
Memasak air dan ikan
Mengurangi sentuhan (Kontak) dengan
air.
|
C.
Tinja
dan Penyakit
Menurut
Chandra (2012), Faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi penyakit dari tinja,
antara lain :
1. Agent
penyebab penyakit
2. Reservoir
3. Cara
menghindar dari reservoir
4. Cara
transmisi dari reservoir ke pejamu potensial
5. Cara
penularan ke pejamu baru
6. Pejamu
yang rentan (sensitif).
Kotoran
manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran
penyakit yang bersumber pada feces dapat melalui berbagai macam jalan atau
cara. Berikut bagan tinja dan penyakit, yaitu
D.
Pemanfaatan
ekskreta
Ekskreta
yang memiliki dampak bahaya bagi kesehatan manusia namun disisi lain ekskreta
juga memiliki manfaat yang besar dan telah diaplikasikan sudah lama di berbagai
negara salah satuna Indonesia. (Mara 1994).
1. Dalam
bidang pertanian
Ekskreta biasanya dianggap sebagai hal yang
menyebabkan penyakit namun seiring dengan perkembangan Iptek ekskreta dapat
dimanfaatkan dalam bidang pertaniaan yaitu sebagai pupuk tanaman yang dapat
membantu mempertahankan kesuburan tanah. Pemanfaatan ekskreta sebagai pupuk
tanaman telah banyak dgunakan di negara-negara didunia termasuk indonesia.
2. Dalam
budidaya air
Budidaya air berarti “ usaha tani air” sama halnya
dengan pertanian, ekskreta digunakan sebagai pupuk. Hal ini sudah berlangsung
sejak ribuan tahun yang lalu.Cara ini sanagt efektif dalam meningkatkan hasil
dengan menekan sedikit biaya pengeluar dalam hal pembelian pupuk.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam
sehari, orang Asia rata-rata mengeluarkan 200-400 gram tinja, sedangkan orang
Eropa 100-150 gram tinja.Menurut McDonald, didaerah tropis pengeluaran tinja
berkisar antara 280-530 gr/org/hr dan urine berkisar antara 600-1,130
gr/org/hr. Perkiraan pengeluaran tinja gr/org/hr menurut M. B. Gotan, dapat
dilihat pada tabel berikut :
Perkiraan
pengeluaran tinja penduduk menurut M. B. Gotan
Gram/orang/hari
|
||
Tinja
|
135-270
|
35-70
|
Urine
|
1.000-1.200
|
50-70
|
Total
|
1.135-1.470
|
85-140
|
Melihat
data diatas,maka perlu adanya sebuah penanganan dalam pengelolaan tinja agar
tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.Karena dengan produksi tinja yang sangat
banyak dalam setiap harinya dapat dipastikan berbagai masalah kesehatan tinja
agar tidak menyebabkan berkembang baknya vector penyakit dan mengganggu
keseimbangan lingkungan maka perlu dilakukan sebuah pengolahan tinja. Terutama
pada daerah permukiman di bantaran rawa atau sungai, bisa kita amati bahwa
masyarakat yang tinggal di daerah tersebut dalam melakukan kegiatan sehari-hari
bergantung pada air rawa atau air sungai. Namun jika air rawa atau sungai itu
terkontaminasi dengan tinja yang dibuang setiap harinya oleh masyarakat yang
tinggal disekitar rawa dan sungai mengakibatkan kulitas air dan lingkungan
tercemar.
A.
Pengelolaan
Pembuangan Tinja
Menurut
Notoatmodjo (2011), untuk mencegah dan mengurangi kontaminasi tinja terhadap
lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik,
maksudnya pembuangan kotoran harus disuatu tempat tertentu atau jamban yang
sehat.Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1. Tidak
mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.
2. Tidak
mengotori air permukaan di sekitarnya.
3. Tidak
mengotori air tanah di sekitarnya.
4. Tidak
dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang-binatang lainnya.
5. Tidak
menimbulkan bau.
6. Mudah
digunakan dan dipelihara (maintanance).
7. Sederhana
desainnya.
8. Murah.
9. Dapat
diterima oleh pemakainya.
B.
Tempat
Pembuangan Tinja
Untuk
menciptakan keadaan lingkungan yang seimbang maka dalam menentukan pembuangan
tinja, yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Harus
memperhatikan jarak dari tempat pembuangan kotoran ke sumber air terdekat.
2. Memperhatikan
bagaimana keadaan tanah.
3. Kemiringannya.
4. Permukaan
air tanah.
5. Pengaruh
banjir pada musim hujan.
C.
Macam-macam
tempat pembuangan tinja dan cara pembuatannya
Berikut
ini beberapa macam tempat pembuangan tinja (kakus) dan cara pembuatannya.
1. Kakus
cemplung
Kakus ini paling sederhana karena cara membuatnya
dengan menggali tanah sebagai tempat penampungan tinja dan tempat jongkok
diatasnya sehingga tinja secara langsung jatuh ke lubang galian.
2. Kakus
plengsengan
Kakus ini dibuat tidak jauh berbeda dengan kakus
cemplung namun yang membedakan tempat jongkok dan tempat pembuangnnya
dihubungkan oleh saluraan yang miring.
3. Kakus
bor
Kakus ini dibuat dengan menggunakan bor tangan (bor auger)
dengan diameter 30-40 cm.
4. Angsatrine
Kakus ini pada tempat jongkoknya dibuat seperti
leher angsa (bowl). Bowl berfungsi untuk mecegah timbulnya bau dan
mempertahankan air. Kakus ini dapat digunakan dirumah karena memberikan
kemungkinan terjaga kebersihannya.
5. Kakus
di atas balong (empang)
Jenis kakus banyak digunakan didaerah yang banyak
terdapat balong (empang). Kakus ini tidak dianjurkan untuk dipakai, namun dapat
dibuat dengan persyaratan:
·
Air dari balong tidak bisa digunakan
untuk mandi.
·
Balong tidak boleh kering.
·
Balong hendaknya cukup luas.
·
Ikan dari balong tidak boleh dimakan.
·
Tidak terdapat sumber air minum yang
terletak dibawah balong.
·
Tidak terdapat tanaman yang tumbuh di
permukaan air.
6. Kakus
septictank
Septic tank berasal dari kaat septic yang berarti
pembusukan secara anaerobic. Septictank terdapat bak yang dapat berguna untuk
proses penghancuran, pembusukan dan pengendapan. Dan didalam bak tersebut
terdapat tiga macam lapisan yaitu ; lapisan terapung,lapisan cair dan lapisan
endap.
D.
Syarat-syarat
dari jamban
Agar
persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi maka perlu diperhatikan antara lain
:
1. Sebaiknya
jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan
hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari pandangan orang
(privacy) dan sebagainya.
2. Bangunan
jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat, dan
sebagainya.
3. Bangunan
jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan,
tidak menimbulkan bau dan sebagainya.
4. Sedapat
mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.
E.
Proses
Penghancuran tinja
Dalam
tangki ini tinja akan berada selama beberapa hari dan mengalami 2 proses:
1. Proses
kimiawi
Akibat penghancuran tinja akan direduksi
dan sebagian besar (60%-70%) zat2 padat akan mengendap di dalam tangki sebagai
‘sludge’. Zat2 yang tidak dapat hancur bersama2 lemak dab busa akan mengapung
dan membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam tangki ,lapisan ini
disebut ‘scum’ yang berfungsi mempertahankan suasana anaerob dari cairan
dibawahnya, yang memungkinkan bakteri2 anaerob dan fakultatif anaerob dapat
tumbuh subur, yang akan berfungsi pada proses berikutnya.
2. Proses
biologis
Terjadi dekomposisi melalui aktifitas
bakteri anaerob dan fakultatif anaerob yang memekan zat2 organik alam slidge
dan scum.Hasilnya selain terbentuknya gas dan zat cair lainnya, adalah juga
pengurangan volume sludge, sehingga memungkinkan septi tank tidak cepat penuh.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Tinja
atau ekskreta merupakan hasil dari manusia yang tidak dapat dimanfaatkan lagi
dan harus dapat dikelola dengan bena agar tidak menjadi tempat berkembangbiaknyavector
penyakit.
2. Pembuangan
tinja secara tidak baik dan sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada
air, tanah, atau menjadi sumber infeksi, dan akan mendatangkan bahaya bagi
kesehatan.
3. Salah
satu pengelolaan tinja yang aman bagi kesehatan manusia ialah dengan
dibuatkannya jamban.
4.2. Saran
1. sebaiknya
masyarakat dapat mengelola pembuangan tinja dengan baik dan aman agar tinja
tidak menjadi tempat berkembang biak vektor penyakit.
2. Masyarakat
diharapkan membuang tinja pada tempatnya (jamban) agar tidak mencemari
lingkungan dan tidak menyebabkan penyakit bagi manusia.
3. Untuk
pemerintah sebaiknya menyediakan fasilitas air bersih dan fasilitas jamban
sehat kepada masyarakat di permukiman agar tidak membuang tinja di air sungai.
DAFTAR
PUSTAKA
Chandra, Budiman. 2012. PengantarKesehatanLingkungan. Jakarta
:BukuKedokteran EGC.
Kemenkes R.I, 2012. LaporanAkuntabilitaskinerjapromosikesehatan.
Mara, Duncan dan Sandy Cairncross. 1994.
Pemanfaatan Air LimbahdanEkskreta.
Bandung : ITB
Mckenzie, James F, Robert R. Pingerdan
Jerome E. Kotecki. KesehatanMasyarakatedisi
4.Jakarta :BukuKedokteran EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 2006. IlmuKesehatanMasyarakat (Prinsip –
PrinsipDasar). Jakarta :RinekaCipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. IlmuKesehatanMasyarakat (Ilmu Dan Seni).
Jakarta :RinekaCipta.
Untuk melihat slide presentasi pengolahan sampah Anda bisa mengklik link berikut ini :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar