Disusun
Oleh:
KELOMPOK 6
Fitri
yulianti
Furqon
Tri Fery
Neni
Sandi Sasmita
Larasati
Novinda Rulian
Dosen Pengampuh : H. A. FICKRY FAISYA, M. Kes
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Penyakit-penyakit
di Indonesia yang ditularkan melalui serangga merupakan penyakit endemis pada
daerah tertentu, antara lain demam berdarah dengue (DBD), malaria, dan kaki
gajah. Akhir-akhir ini, muncul penyakit virus chikungunyah yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Selain itu, juga terdapat penyakit
saluran pencernaan, seperti disentri, kolera, demam tifoid dan paratifoid yang
ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah.
Beberapa
vektor yang sering ada di Indonesia adalah nyamuk, lalat, kutu, pinjal dan
tungau. Nyamuk yang menjadi vector penyakit penting di Indonesia yaitu genus
culex, anopheles, dan aedes. Genus lalat yang penting adalah musca. Peran kutu
sebagai vector belum definitif, akan tetapi karena ia menghisap darah, maka
besar sekali kemungkinannya bahwa kutu dapat menyebarkan penyakit. Pinjal yang
pernah terkenal dimasa lalu adalah pinjal tikus (xenopsylla cheopis),
penyebaran penyakit pest, yang disebabkan bakteri pasteurella pestis, saast ini
penyakit pest sudah jarang didapat.
Pemutusan
rantai penularan (mode of transmission) dari arthroodborne disease dapat
dilakukan dengan mempelajari cara penularan dari penyakit yang ada.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana cara
atau transmisi sebuah vektor saat menularkan penyakit ?
2.
Apa saja
metode yang digunakan dalam pengendalian dari vektor penyakit ?
C. Tujuan
1.
Mengetahui
cara penularan atau transmisi sebuah vektor saat menularkan penyakit
2.
Mengetahui
metode yang digunakan dalam pengendalian dari vektor penyakit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Vektor Penyakit
1. Vektor
adalah antropoda yang dapat memindahkan atau mengeluarkan agen infection dari
sumber infeksi kepada host yang rentan
(Adang, I).
2. Vektor
adalah organisme hidup yang dapat menularkan agen penyakit dari satu hewan ke
hewan lain atau ke manusia (Budiman, C. 2006).
3. Vektor
adalah seekor binatang yang membawa bibit penyakit dari seekor binatang atau
seorang manusia kepada binatang lainnya atau manusia lainnya (Adi , H.S. 1993).
B. Macam
– Macam Vektor dan Binatang Pengganggu
Binatang pengganggu adalah binatang yang dapat
mengganggu bahkan menyerang dan menularkan penyakit terhadap manusia, binatang
dan tumbuh-tumbuhan. Sebagian athropoda bertindak sebagai vektor. Arthropoda
adalah suatu phylum yang mempunyai ciri-ciri kakinya beruas.( Arthorm= sendi,
poda=kaki). Athropoda dibagi menjadi empat kelas:
1. Kelas
Crustacea (kaki 10), misalnya udang.
2. Kelas
Myriapoda: chilopoda dan dipoppoda,
misalnya kaki seribu.
3. Kelas
Arachnoida (kaki 8), misalnya tungau.
4. Kelas
Hexapoda, misalnya nyamuk.
Sedangkan binatang pengganggu adalah
klasifikasi lain dari hewan Antropoda namun dapat juga menjadi vektor,
contohnya tikus, kecoa, kutu dan hewan lainnya.
Klasifikasi
arthropodborner disease menurut J.E.Park
Arthropodborner
|
Penyakit
yang ditularkan
|
|
Malaria,
filarial, yellow fever, ensefalitis, dengue haemofhagic fever.
|
|
Demam
tifoid dan paratifoid, diare, disentri, kolera, gastroenteritis, amebiasis,
infestasi, helmintik, yaws, poliomyelitis, konjungtivitis, trakoma, antraks.
|
|
Kalaazar,
oriental sore, oraya fever, sandfly fever.
|
|
Sleeping
sickness
|
|
Epidemic
typus, relapsing fever, trench fever.
|
|
Bubonic
plague, chiggerosis, endemic thypus, hymenolepsi diminuta.
|
|
Onkosersiasis
|
|
Chagus
disease
|
|
Tick
typus, tick paralysis, ensefalitis viral, tularemia, haemorrhagic fever,
human babesiosis.
|
|
Relapsing
fever
|
|
Scrub
typhus
|
|
Scabies
|
|
Guinea-worm
disease, fish tupewarm(D.latus)
|
C. Vektor
dan permasalahannya
Permasalahan vektor didasarkan pada tingkat bahaya
yang ditimbulkan, tigkat populasi vektor, dan tingkat toleransi terhadap
vektor. Dibagi atas 3 unsur :
a. Masalah
nyata : Keadaan nyata akibat adanya vektor.
Contoh :
Adanya kasus demam berdarah di daerah populasi.
b. Masalah
Potensial : masalah sebenarnya belum tampak tapi berpotensi untuk timbul.
Contoh :
adanya hama disuatu wilayah
c. Masalah
semu : Masalah yang masih dalam nilai ambang tolerasi
D. Penyakit
Akibat Vektor
Vektor dan binatang
pengganggu pada dasarnya dapat mempengaruhi kehidupan manusia dengan
berbagai cara. Berikut ini adalah penyakit yang ditimbulkan berdasarkan jumlah
faktor kehidupan yang terlibat.
1. Penyakit
–penyakit dengan dua faktor dua kehidupan (manusia-Antrhopoda).
2. Penyakit
dengan tiga faktor kehidupan (manusia – Antrhopoda-vektor-kuman).
3. Penyakit
–penyakit dengan empat faktor dua kehidupan (manusia-Antrhopodav vektor-kuman-reservoir).
Menurut
sumbernya penyakit akibat vektor dibagi dua yaitu:
1. Penyakit
Bawaan Vektor
Perpindahan penyakit melalui organisme hidup,
seperti nyamuk, lalat, atau kutu. Penularannya dapat berlangsung secara
mekanis, melalui bagian mulut yang terkontaminasi atau kaki vector, atau secara
biologis, yang melibatkan perubahan multiplikasi atau perkembangan agens dalam
vector sebelum penularan berlangsung. Pada penularan mekanis, penggandaan dan
perkembangan organisme penyakit biasanya tidak terjadi. Contoh, organisme
penyebab disentri, kolera, dan demam tifoid telah diisolasi dari serangga
seperti kecoak dan lalat rumah dan diperkirakan tersimpan pada makanan yang
disiapkan untuk konsumsi manusia. Contoh lain, vector penyakit dan penyakit
yang disebarkannya mencakup nyamuk (malaria, filariasis).
2. Penularan
biologis
Perubahan multiplikasi dan/atau perkembangan agens
penyakit berlangsung dalam vector sebelum penularan terjadi. Contoh vector
biologis antara lain nyamuk, pinjal, kutu, tungau, lalat. Nyamuk sampai saat
ini merupakan vector paling penting dalam penyakit manusia. Nyamuk menularkan
virus yang menyebabkan yellow fever dan demam berdarah dengue, sekaligus
menularkan 200 virus lainnya. Tungau, vector penting lainnya, menularkan Rocky
Mountain spotted fever, demam berulang dal Lyme
Disease. Vektor serangga lainnya adalah lalat (African sleeping sickness),
pinjal (pes), kutu (tifus epidemic dan trench fever).
E. Penularan vektor
Berikut
ini ada 3 jenis cara penularan Antrophoda
disease:
1. Kontak langsung
Arthropoda
secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi dari satu orang ke orang
lain melalui kontak langsung. Contoh: scabies dan pedikulus
2. Transmisi secara mekanis
Misalnya
penularan penyakit diare, tifoid, keracunan makanan, dan trakoma oleh lalat.
Secara karakteristik, arthropoda sebagai vector mekanis membawa agens penyakit
dari manusia yang berasal dari tinja, darah, ulkus superfisial atau eksudat.
3. Transmisi secara biologis
Agens
penyakit mengalami perubahan siklus dengan atau tanpa multiplikasi di dalam
tubuh arthropoda. Ada 3 cara transmisi biologis yaitu:
a. Propagative, agens penyakit tidak mengalami perubahan
siklus, tetapi bermultiplikasi didalam tubuh vector. Contoh: plague bacilli pada pinjal tikus.
b. Cyclo-propagative, agens penyakit mengalami perubahan siklus
dan bermultiplikasi didalam tubuh arthropoda. Contoh: parasit malaria pada
nyamuk anopheles.
c. Cyclo-developmental, agens penyakit mengalami perubahan
siklus, tetapi tidak bermultiplikasi didalam tubuh arthropoda. Contoh: parasil
filarial pada nyamuk culex, dan cacing pita pada Cyclops.
F. Bionomik
Vektor
Bionomik diperlukan untuk menilai karakterisitik
hewan yang dapat menjadi vektor penyakit, sehingga untuk menanggulanginya kita
dapat memutus rantai kehidupan dari kebiasaan dan jalur hidupnya.
1. Siklus
hidup nyamuk dimulai dari Telur –>
Larva –> Kepompong.
2. Perilaku
nyamuk
3. Tempat
berkembang biak –> Tepat Mencari Makan –> Tempat Istirahat
4. Perilaku
Mencari Makan
a.
Perilaku Makan menurut waktu
b.
Perilaku makan menurut tempat
c.
Perilaku makan menurut sumber
d.
Frekuensi makan
e.
Umur Populasi vektor
f.
Distribuasi musiman
g.
Penyebaran Vektor
h.
Perilaku Istirahat
i.
Perilaku berkembang biak
j.
Pengaruh Vektor Fisik
5. Ekologi
Vektor
a.
Habitat Larva
b.
Kontak Vektor Pejamu
c.
Tempat istirahat
d.
Jangkauan terbang dan penyebarannya
e.
Siklus harian dan musiman
G. Epidemiologi
Vektor
Ada beberapa faktor epidemiologi yang dapat
mempengaruhi terjadinya suatu penyakit, di antaranya : cuaca, vector, reservoir, geografis, dan perilaku manusia.
Transmisi
penyakit
Agens penyebab penyakit infeksi umumnya ditularkan
pada maanusia yang rentan. Mekanisme utama penularan atau transmisi agens
infeksius dapat melalui beberapa cara, yaitu:
1. Dari
orang ke orang
2. Malalui
udara
3. Melalui
makanan dan air
4. Melalui
hewan
5. Melalui
vector arthropoda
H. Konsep
Integrated Pest Manajemen
Pengertian PEST awalnya dirumuskan sebagai
pemanfaatan semua teknik yang ada dalam suatu program terpadu untuk
mengendalikan populasi hama sedemikian rupa sehingga hama itu tidak menimbulkan
kerugian sementara akibat efek samping terhadap lingkungan ditekan seminimal
mungkin. (Smith & Reynolds, 1996 ; NAS, 1969)
Pendekatan pengendalian hama secara bijaksana dengan
menggunakan cara-cara yang menjamin akan memberikan hasil yang memuaskan
dipandang dari segi ekonomi, ekologi, dan sosial.
Konsep
IPM :
1. Populasi Hama ditekan dibawah Ambang
2. Pestisida dikurangi
3. Metode non Pestisida ditingkatkan
4. Keseluruhan Program Pengendalian itu efektif,
efisien, aman, dan tidak berbiaya tinggi dan diterima masyarakat.
I. Permasalahan
Penyakit Vektor di Indonesia
Beberapa vektor yang sering ada di Indonesia adalah
nyamuk, lalat, kutu, pinjal dan tungau. Nyamuk yang menjadi vector penyakit
penting di Indonesia yaitu genus culex, anopheles, dan aedes. Genus lalat yang
penting adalah musca. Ada dua gender pada kutu yang penting yaitu pediculus dan
phthirus. Peran kutu sebagai vector belum definitif, akan tetapi karena ia
menghisap darah, maka besar sekali kemungkinannya bahwa kutu dapat menyebarkan
penyakit. Pinjal berbeda dari kutu karena dapat meletik-letik. Pada pinal ada 3
genera yang penting yaitu xenopsylla, ctenocephalides dan pulex. Pinjal yang
pernah terkenal dimasa lalu adalah pinjal tikus (xenopsylla cheopis),
penyebaran penyakit pest, yang disebabkan bakteri pasteurella pestis, saast ini
penyakit pest sudah jarang didapat. Pinjal anjing dan kucing (ctenocephalides)
saat ini mungkin akan menjadi penting, sebagai pembawa penyakit toxoplasmosis
dan cacing. Pada tungau ada 9 buah gender yang penting yaitu argas, ornithodoros,
otobius, dermacentor, rhipicephalus, amblyoma, trombicula, sarcoptes dan
allodermansyssus. Kebanyakan tungau menyebabkan penyakit rickettsiosis.
Pemberantasan penyakit ini agak sulit karena sekali tungau terkena infeksi,
maka seluruh generasi berikutnya akan terinfeksi juga. Pengaruh vector terhadap
kesehatan dapat bermacam-macam, selain sebagai vector. Secara langsung, dapat
menyebabkan entomophobia, gangguan ketenangan, dan dapat menjadi penyebab
penyakit seperti penyakit scabies, dan myasis. Secara tidak langsung dapat
menjadi reservoir agent penyakit, memusnahkan panen, dan menjadi parasite pada
tubuh manusia.
Permasalahan
beberapa penyakit yang berkembang di Indonesia adalah :
1.
Filariasis
Filiaris adalah
penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit nematode yang tersebar diseluruh
Indonesia. Gejala pembengkakan kaki muncul karena sumbatan microfilaria pada
pembuluh limfe yang biasanya terjadi pada usia diatas 30 tahun setelah terpapar
parasit selama bertahun – tahun. Oleh karena itu, filariasis disebut juga
penyakit kaki gajah. Beberapa spesies yang menyerang manusia diantaranya Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia trimori, dan
Onchocerca volvulus.
2.
Pes
Pes memiliki
nama lain plague, sampar, La peste. Pes merupakan satu penyakit zoonosis pada
rodensia yang bisa ditularkan kepada manusia, dan merupakan penyakit menular
yang dapat menyebabkan terjadinya wabah. Kekeliruan pengelolaan limbah padat
-- seperti yang terjadi pada tempat pembuangan sampah yang terbuka, dan
daerah mumuh kota memicu – memicu perkembangan populasi tikus dan mencit. Binatang
pengerat ini merupakan pejamu bagi pinjal, yang dapat menularkan tifus tikus (murine thypus) suatu penykit ricketsia
yang ditandai dengan sakit kepala, demam, dan ruam kulit. Mungkin Zoonosis yang
paling membinasakan dalam sejarah adalah pes. Penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Yersina pestis Vektor penyakinya adalah pinjal (Kutu) Xenopsylla cheopsis, culex iritan.,
sering ditemukan pada populasi binatang pengerat liar misalnya tupai tanah. Jika penyakit ini menemukan jalan masuk menuju
populasi bintang pengerat pada kota dan besar populasi tidak dapat dikendalikan, epidemi akan
terjadi yang bermula pada tikus, berlanjut pada manusia yang akan terserang penyakit ini. Pinjal yang
lapar, yang terinfeksi bakteri pes, akan melompat dari tikus ke manusia.
Kemudian, karena berupaya mengisap makanan dari manusia, pinjal itu akan menularkan bakteri pes.
J. Pengendalian Penyakit Vektor
Pengendalian vektor adalah usaha yang dilakukan untuk mengurangi atau
menurunkan populasi vektor dengan maksud mencegah atau memberantas penyakit
yang ditularkan oleh vektor atau ganguan (nuisanse) yang diakibatkan oleh
vektor. Penegendalian vektor dan binatang pengganggu harus menerapakan
bermacam-macam cara pengendalian, sehingga tetap berada di bawah garis batas
yang tidak merugikan dan membahayakan. Serta pengendalian tidak menimbulkan
kerusakan atau gangguan ekologis terhadap tata lingkungan hidup.
1.
Pengendalian lingkungan
Merupakan cara terbaik untuk mengontrol arthropoda
karena hasilnya dapat bersifat permanen. Contoh, membersihkan tempat-tempat
hidup arthropoda. Terbagi atas dua cara yaitu :
a. Perubahan
lingkungan hidup (environmental
management), sehingga vektor dan binatang penggangu tidak mungkin hidup.
Seperti penimbunan (filling),
pengeringan (draining), dan pembuatan
(dyking).
b. Manipulasi
lingkungan hidup (environmental
manipulation), sehingga tidak memungkinkan vektor dan binatang penggangu
berkembang dengan baik. Seperti pengubahan kadar garam (solinity), pembersihan tanaman air, lumut, dan penanaman pohon
bakau (mangrouves) pada tempat
perkembangbiakan nyamuk.
2.
Pengendalian biologi
Pengendalian ini ditujukan untuk mengurangi
pencemaran lingkungan akibat
pemakaian insektisida yang berasal dari bahan-bahan beracun. Cara yang
dilakukan dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan atau hewan, parasit, predator
maupun kuman patogen terhadap vector. Contoh pendekatan ini adalah
pemeliharaan ikan.
3.
Pengendalian Genetik
Metode ini dimaksudkan untuk mengurangi populasi
vektor dan binatang penggangu melalui teknik-teknik pemandulan vektor jantan (sterila male techniques), pengunaan
bahan kimia penghambat pembiakan (chemosterilant),
dan penghilangan (hybiriditazion).
Masih ada usaha yang lain seperti :
a. Perbaikan
sanitasi : bertujuan menghilangkan sumber-sumber makanan(food preferences), tempat perindukan (breeding places), dan tempat tinggal (resting paces), yang dibutuhkan vektor.
b. Peraturan
perundangan : mengatur permasalahan yang menyangkut usaha karantina, pengawasan
impor-ekspor, pemusnahan bahan makanan atau produk yang telah rusak karena
vektor dan sebagainya.
c. Pencegahan
(prevention) : menjaga populasi
vektor dan binatang pengganggu tetap pada suatu tingkat tertentu dan tidak
menimbulkan masalah.
d. Penekanan
(supresion) : menekan dan mengurangi
tingkat populasinya.
e. Pembasmian
(eradication) : membasmi dan
memusnakan vektor dan binatang pengganggu yang menyerang daerah/wilayah
tertentu secara keseluruhan.
4.
Pengendalian kimia
Pada pendekatan ini, dilakukan beberapa golongan
insektisida seperti golongan organoklorin, golongan organofosfat, dan golongan
karbamat. Namun, penggunaan insektisida ini sering menimbulkan resistensi dan
juga kontaminasi pada lingkungan. Macam – macam insektisida yang digunakan:
a.
Mineral (Minyak), misalnya minyak tanah,
boraks, solar, dsb.
b.
Botanical (Tumbuhan), misalnya Pyrethum,
Rotenone, Allethrin, dsb. Insektisida botanical ini disukai karena tidak
menimbulkan masalah residu yang toksis.
c.
Chlorined Hyrocarbon, misalnya DDT, BHC,
Lindane, Chlordane, Dieldrin, dll. Tetapi penggunaan insektisida ini telah
dibatasi karena resistensinya dan dapat mengkontaminasi lingkungan.
d.
Organophosphate, misalnya Abate,
Malathion, Chlorphyrifos, dsb. Umumnya menggantikan Chlorined Hydrocarbon
karena dapat melawan vektor yang resisten dan tidak mencemari lingkungan.
e.
Carbamate, misalnya Propoxur, Carbaryl,
Dimetilen, Landrin, dll. Merupakan suplemen bagi Organophosphate.
f.
Fumigant,
misalnya Nophtalene, HCN, Methylbromide, dsb. Adalah bahan kimia mudah menguap
dan uapnya masuk ke tubuh vektor melalui pori pernapasan dan melalui permukaan
tanah.
g.
Repelent, misalnya diethyl toluemide.
Adalah bahan yang menerbitkan bau yang menolak serangga, dipakaikan pada kulit
yang terpapar, tidak membunuh serangga tetapi memberikan perlindungan pada
manusia.
5.
Upaya
pengendalian binatang pengganggu
Dalam pendekatan ini ada beberapa teknik yang dapat
digunakan, diantaranya steril technique,
citoplasmic incompatibility, dan choromosom
translocation. Upaya pencegahan yang dapat
dilakukan adalah :
a.
Menempatkan kandang ternak di luar rumah
b.
Merekonstruksi rumah
c.
Membuat ventilasi
d.
Melapisi lantai dengan semen
e.
Melapor ke puskesmas bila banyak tikus
yang mati
f.
Mengatur
ketinggian tempat tidur setidaknya >20 cm dari lantai.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Vektor merupakan antropoda organisme
hidup yang dapat memindahkan atau menularkan agen penyakit dari seekor binatang
atau seorang manusa kepada binatang lainnya atau manusia lainnya.
Transmisi sebuah vektor saat menularkan
penyakit adalah dengan cara, sebagai berikut:
a. Kontak
langsung, yaitu Arthropoda secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi
dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung.
b. Transmisi
secara mekanis, misalnya penularan penyakit diare, tifoid, keracunan makanan,
dan trakoma oleh lalat. Secara karakteristik, arthropoda sebagai vector mekanis
membawa agens penyakit dari manusia yang berasal dari tinja, darah, ulkus
superfisial atau eksudat.
c.
Transmisi secara biologis, yaitu agens
penyakit mengalami perubahan siklus dengan atau tanpa multiplikasi di dalam
tubuh arthropoda.
Metode yang digunakan dalam pengendalian vektor
penyakit adalah dengan melakukan pengendalian di lingkungan, pengendalian secara biologi,
pengendalian secara genetik, pengendalian secara kimia, dan upaya
pengendalian binatang pengganggu seperti menempatkan kandang ternak di luar
rumah.
B. Saran
Untuk menghindari timbulnya vektor penyakit, usaha
yang dilakukan untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor dengan maksud
mencegah atau memberantas penyakit yang ditularkan oleh vektor atau ganguan
yang diakibatkan oleh vektor. Ada banyak cara pengendalian tetapi kami sarankan
pengendalian tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologis terhadap tata
lingkungan hidup. Pengendalian lingkungan merupakan cara terbaik untuk
mengontrol arthropoda karena hasilnya dapat bersifat permanen. Contoh,
membersihkan tempat-tempat hidup arthropoda.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman,
Chandra. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Kedokteran EGC.
McKenzi, James F. Robert R. Pinger. dan Jerome E. Kotecki. 2007. Kesehatan Masyarakat Suatu Pengantar Edisi 4.
Jakarta : Kedokteran EGC.
Mubarak, Wahid Iqbal dan Chayatin Nurul. 2009. ILmu Kesehatan Masyrakat : Teori dan Aplikasi.
Jakarta : Salemba Medika.
Soemirat, Slamet Juli.
2009. Kesehatan Lingkungan.
Yogyakarta:
Universitas Gadjah
Mada University.
Sumantri, Arif.
2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
Widoyono. 2008. Penyakit
Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya.
Jakarta : Erlangga.
Untuk melihat slide presentasi vektor penyakit Anda bisa mengklik link berikut ini :