Minggu, 24 November 2013

TINJA DAN KESEHATAN

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1

Irchas Eko Wilantara
Ade Nurmayanti 
Ade Verientic. S. 
Tri Destiani
Widyawati

Dosen Pengampuh: H.A. Fickry Faisya, SKM, M.Kes

                                 UNIVERSITAS NEGERI SRIWIJAYA 
                 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
ALIH PROGRAM
 TAHUN AKADEMIK 2013/2014

BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang
Dalam upaya pembangunan kesehatan masyarakat yang berbasis pada upaya promotif dan preventif, dimana pembangunan kesehatan ini berguna untuk meningkatkan derajat kesehatan manusia.Upaya pemerintah dalam meningkatkan taraf hhidup bersih sehat terus-menerus dioptimalkan dengan program-program kesehatan untuk masyarakat.Salah satunya ialah program Prilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) yang ditekankan pada rumah tangga.
Rumah Tangga Ber-PHBS didapatkan dari rumah tangga yang seluruh anggotanya berperilaku hidup bersih dan sehat. Indikator ini merupakan indikator komposit dari 10 indikator, yaitu 1) pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, 2) bayi diberi ASI eksklusif, 3) balita ditimbang setiap bulan, 4) menggunakan air bersih, 5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, 6) menggunakan jamban sehat, 7) memberantas jentik di rumah sekali seminggu, 8) makan sayur dan buah setiap hari, 9) melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan 10) tidak merokok di dalam rumah. Apabila dalam Rumah Tangga tersebut tidak ada ibu yang melahirkan, tidak ada bayi dan tidak ada balita, maka pengertian Rumah Tangga ber-PHBS adalah rumah tangga yang memenuhi 7 indikator Presentase Rumah tangga Ber-PHBS tahun 2012 sebesar 56,5%. Persentase capaian sebesar 94,2% dari target yang ditetapkan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa target 60% rumah tangga yang Ber-PHBS pada tahun 2012 belum tercapai. (Kemenkes RI, 2012).
Salah satu indikator yang menjadi permasalahan pada masyarakat saat ini ialah masalah tinja beserta pengelolaannya. Dari laporan Riskesdas 2001, penduduk yang memiliki akses terhadap jamban sehat sebesar 54,3 persen dan masih ada 34 persen penduduk yang masih menjadikan lahan terbuka sebagai tempat pembuangan tinja. Sementara rumah tangga yang menggunakan air PDAM tercata baru 13,3 persen.
Di negara berkembang, masih banyak terjadi pembuangan tinja secara sembarangan akibat tingkat sosial ekonomi yang rendah, pengetahuan dibidang kesehatan lingkungan yang kurang, dan kebiasaan buruk dalam pembuangan tinja yang diturunkan dari generasi ke generasi.Kondisi tersebut terutama ditemukan pada masyarakat di pedesaan dan didaerah kumuh perkotaan. Seseorang umumnya menghasilkan 1,8 liter ekskreta sehari, yang terdiri dari 350 gram bahan padat kering, termasuk 90 gram bahan organik 20 gram nitrogen.  hal ini memutuhkan pengelolaan ekskreta dengan baik dan ramah lingkungan.(Mara, 1994).
Ditinjau dari segi kesehatan lingkungan, kotoran manusia dapat menjadi masalah yang sangat penting.Pembuangan tinja secara layak merupakan kebutuhan kesehatan yang paling diutamakan. Pembuangan tinja secara tidak baik dan sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, atau menjadi sumber infeksi, dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan, karena penyakit yang tergolong waterborne disease akan mudah berjangkit.
Oleh karena itu kami perlu mendeskripsikan tinja dan cara pengolahannya agar dapat mencegah penularan penyakit pada manusia.

B.      Rumusan Masalah
Dari permasalahan yang terdapat dalam latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah
Bagaimana cara menanggulangi tinja agar tidak menimbulkan penyakit bagi manusia?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Memberikan pengetahuan kepada masyarakat terkait pentingnya kesehatan khususnya pengelolaan tinja.
2.      Mencegah penularan peyakit yang diakibatkan oleh tinja.
3.      Memberikan informasi terkait penyakit yang disebabkan oleh tinja.

D.     Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi penulis dan pembaca sebagai tambahan informasi agar masyarakat mampu berprilaku hidup sehat yang berguna untuk meningkatkan  kesehatan masyarakat   dengan mengelola tinja secara aman.

BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Pengertian Tinja
Eskreta manusia merupakan hasil akhir dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang menyebabkan pemisahan dan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dibutuhkan tersebut berbentuk tinja dan air seni.(Chandra, 2012).
Kotoran manusia (faeces) adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada faeces dapat melalui berbagai macam jalan dan cara. (Notoatmodjo,2006).
Kotoran dari manusia yang sakit atau sebagai carrier dari suatu penyakit dapat menjadi sumber infeksi.Kotoran tersebut mengandung agent penyakit yang dapat ditularkan pada pejamu baru dengan dengan perantara lalat.(Chandra, 2012).

1.      Komposisi Tinja
Komposisi tinja manusia terdiri atas :
a.    Zat padat
b.    Zat organik
c.    Zat anorganik

2.      Kuantitas Tinja
Kuantitas tinja dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :
a.    Keadaan setempat
b.    Faktor fisiologi
c.    Kebudayaan
d.   Kepercayaan

B.     Bahaya Tinja Terhadap Kesehatan
Bahaya terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat pembuangan kotoran secara tidak baik adalah pencemaran tanah, pencemaran air, kontaminasi makanan dan perkembangbiakan lalat. Sementara itu, penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat keadaan diatas, antara lain , tifoid, paratifoid, disentri, diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral dan beberapa penyakit infeksi gastrointestinal, serta infestasi parasit lain. Penyakit tersebut bukan saja menjadi beban komunitas (dilihat dari angka kesakitan, kematian dan harapan hidup), tetapi juga penghalang bagi tercapainya kemajuan dibidang social dan ekonomi.Pembuangan kotoran manusia yang baik merupakan hal yang mendasar bagi keserasian lingkungan.(Chandra, 2012).
Ekskreta yang dimanfaatkan manusia dalam hal pertanian dan budidaya air ternyata memiliki dampak juga terhadap kesehatan manusia. Ekskreta mengandung kadar pathogen yang tinggi karena ekskreta mengandung virus, bakteri, protozoa dan cacing yang keluar dari dalam tubuh manusia kemudian masuk melalui makanan yan dikonsumsi manusia sehingga dapat menimbulkan infeksi. (Mara dan Cairncross (1994).

Berikut ini kelompok infeksi yang diakibatkan oleh ekskreta :
Tabel 1.2
Penggolongan infeksi asal ekskreta menurut lingkungan
No
Kasus Infeksi
Kelompok Dan Corak Epidemiologi
Infeksi
Pusat Penularan
Tindakan Pengendalian Utama
1
I
Tidak laten, Dosis infeksi rendah
Amoebiasis, balantidiasis, enterobiasis, infeksi virus usus, giardiasis, himenolepiasis,hepatitis A, infeksi rotavirus
Perorangan dan rumah tangga
Penyediaan air rumah dan jamban tangga, pendidikan kesehatan.
2
II
Tidak laten, dosis infeksi sedang atau tinggi kekanjangan sedang mampu berkembang biak.
Infeksi campylobacter, kolera, infeksi Escherichia coli, salmonellosis, shigellosis, tifus yersiniosis
Perorangan dan rumah tangga
Air
Tanaman
Penyediaan air rumah dan jamban tangga, pendidikan kesehatan. Pengolahan ekskreta perumahan yang diperbaiki.
3
III
Laten dan Kejang, tidak ada inang
Ascariasis
Infeksi cacing tambang, strongylodiasis, trichuriasis
Halaman
Ladang
Tanaman
Penyediaan jamban
4
IV
Laten dan Kanjang, Sapi atau babi sebagai inang
Taeniasis
Halaman
Ladang
Pakan Ternak
Penyediaan Jamban
Pengolahan Ekskreta
Pemasaakn, pemeriksaan daging
5
V
Laten dan kanjang
Cloonorchiasis
Diphyllobothriasis
Fasciolliais
Gastrodiscoidiasis
Heterophyasis. Dsb.
Air
Penyediaan Jamban
Pengolahan Ekskreta
Pemeriksaan Cadangan Air hewan
Pemeriksaan inang
Memasak air dan ikan
Mengurangi sentuhan (Kontak) dengan air.

C.       Tinja dan Penyakit
Menurut Chandra (2012), Faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi penyakit dari tinja, antara lain :
1.      Agent penyebab penyakit
2.      Reservoir
3.      Cara menghindar dari reservoir
4.      Cara transmisi dari reservoir ke pejamu potensial
5.      Cara penularan ke pejamu baru
6.      Pejamu yang rentan (sensitif).

Kotoran manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada feces dapat melalui berbagai macam jalan atau cara. Berikut bagan tinja dan penyakit, yaitu



D.    Pemanfaatan ekskreta
Ekskreta yang memiliki dampak bahaya bagi kesehatan manusia namun disisi lain ekskreta juga memiliki manfaat yang besar dan telah diaplikasikan sudah lama di berbagai negara salah satuna Indonesia. (Mara 1994).
1.      Dalam bidang pertanian
Ekskreta biasanya dianggap sebagai hal yang menyebabkan penyakit namun seiring dengan perkembangan Iptek ekskreta dapat dimanfaatkan dalam bidang pertaniaan yaitu sebagai pupuk tanaman yang dapat membantu mempertahankan kesuburan tanah. Pemanfaatan ekskreta sebagai pupuk tanaman telah banyak dgunakan di negara-negara didunia termasuk indonesia.
2.      Dalam budidaya air
Budidaya air berarti “ usaha tani air” sama halnya dengan pertanian, ekskreta digunakan sebagai pupuk. Hal ini sudah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu.Cara ini sanagt efektif dalam meningkatkan hasil dengan menekan sedikit biaya pengeluar dalam hal pembelian pupuk.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam sehari, orang Asia rata-rata mengeluarkan 200-400 gram tinja, sedangkan orang Eropa 100-150 gram tinja.Menurut McDonald, didaerah tropis pengeluaran tinja berkisar antara 280-530 gr/org/hr dan urine berkisar antara 600-1,130 gr/org/hr. Perkiraan pengeluaran tinja gr/org/hr menurut M. B. Gotan, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1
Perkiraan pengeluaran tinja penduduk menurut M. B. Gotan
Gram/orang/hari
Tinja
135-270
35-70
Urine
1.000-1.200
50-70
Total
1.135-1.470
85-140
           
            Melihat data diatas,maka perlu adanya sebuah penanganan dalam pengelolaan tinja agar tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.Karena dengan produksi tinja yang sangat banyak dalam setiap harinya dapat dipastikan berbagai masalah kesehatan tinja agar tidak menyebabkan berkembang baknya vector penyakit dan mengganggu keseimbangan lingkungan maka perlu dilakukan sebuah pengolahan tinja. Terutama pada daerah permukiman di bantaran rawa atau sungai, bisa kita amati bahwa masyarakat yang tinggal di daerah tersebut dalam melakukan kegiatan sehari-hari bergantung pada air rawa atau air sungai. Namun jika air rawa atau sungai itu terkontaminasi dengan tinja yang dibuang setiap harinya oleh masyarakat yang tinggal disekitar rawa dan sungai mengakibatkan kulitas air dan lingkungan tercemar.
A.    Pengelolaan Pembuangan Tinja
Menurut Notoatmodjo (2011), untuk mencegah dan mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus disuatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1.   Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.
2.   Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.
3.   Tidak mengotori air tanah di sekitarnya.
4.   Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang-binatang lainnya.
5.   Tidak menimbulkan bau.
6.   Mudah digunakan dan dipelihara (maintanance).
7.   Sederhana desainnya.
8.   Murah.
9.   Dapat diterima oleh pemakainya.
B.     Tempat Pembuangan Tinja
Untuk menciptakan keadaan lingkungan yang seimbang maka dalam menentukan pembuangan tinja, yang perlu diperhatikan yaitu :
1.   Harus memperhatikan jarak dari tempat pembuangan kotoran ke sumber air terdekat.
2.   Memperhatikan bagaimana keadaan tanah.
3.   Kemiringannya.
4.   Permukaan air tanah.
5.   Pengaruh banjir pada musim hujan.
C.    Macam-macam tempat pembuangan tinja dan cara pembuatannya
Berikut ini beberapa macam tempat pembuangan tinja (kakus) dan cara pembuatannya.
1.      Kakus cemplung
Kakus ini paling sederhana karena cara membuatnya dengan menggali tanah sebagai tempat penampungan tinja dan tempat jongkok diatasnya sehingga tinja secara langsung jatuh ke lubang galian.
2.      Kakus plengsengan
Kakus ini dibuat tidak jauh berbeda dengan kakus cemplung namun yang membedakan tempat jongkok dan tempat pembuangnnya dihubungkan oleh saluraan yang miring.
3.      Kakus bor
Kakus ini dibuat dengan menggunakan bor tangan (bor auger) dengan diameter 30-40 cm.
4.      Angsatrine
Kakus ini pada tempat jongkoknya dibuat seperti leher angsa (bowl). Bowl berfungsi untuk mecegah timbulnya bau dan mempertahankan air. Kakus ini dapat digunakan dirumah karena memberikan kemungkinan terjaga kebersihannya.
5.      Kakus di atas balong (empang)
Jenis kakus banyak digunakan didaerah yang banyak terdapat balong (empang). Kakus ini tidak dianjurkan untuk dipakai, namun dapat dibuat dengan persyaratan:
·        Air dari balong tidak bisa digunakan untuk mandi.
·        Balong tidak boleh kering.
·        Balong hendaknya cukup luas.
·        Ikan dari balong tidak boleh dimakan.
·        Tidak terdapat sumber air minum yang terletak dibawah balong.
·        Tidak terdapat tanaman yang tumbuh di permukaan air.
6.      Kakus septictank
Septic tank berasal dari kaat septic yang berarti pembusukan secara anaerobic. Septictank terdapat bak yang dapat berguna untuk proses penghancuran, pembusukan dan pengendapan. Dan didalam bak tersebut terdapat tiga macam lapisan yaitu ; lapisan terapung,lapisan cair dan lapisan endap.
D.    Syarat-syarat dari jamban
Agar persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi maka perlu diperhatikan antara lain :
1.      Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari pandangan orang (privacy) dan sebagainya.
2.      Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat, dan sebagainya.
3.      Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau dan sebagainya.
4.      Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.
E.     Proses Penghancuran tinja
Dalam tangki ini tinja akan berada selama beberapa hari dan mengalami 2 proses:
1.      Proses kimiawi
Akibat penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (60%-70%) zat2 padat akan mengendap di dalam tangki sebagai ‘sludge’. Zat2 yang tidak dapat hancur bersama2 lemak dab busa akan mengapung dan membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam tangki ,lapisan ini disebut ‘scum’ yang berfungsi mempertahankan suasana anaerob dari cairan dibawahnya, yang memungkinkan bakteri2 anaerob dan fakultatif anaerob dapat tumbuh subur, yang akan berfungsi pada proses berikutnya.
2.      Proses biologis
Terjadi dekomposisi melalui aktifitas bakteri anaerob dan fakultatif anaerob yang memekan zat2 organik alam slidge dan scum.Hasilnya selain terbentuknya gas dan zat cair lainnya, adalah juga pengurangan volume sludge, sehingga memungkinkan septi tank tidak cepat penuh.

BAB IV
PENUTUP


4.1. Kesimpulan
1.      Tinja atau ekskreta merupakan hasil dari manusia yang tidak dapat dimanfaatkan lagi dan harus dapat dikelola dengan bena agar tidak menjadi tempat berkembangbiaknyavector penyakit.
2.      Pembuangan tinja secara tidak baik dan sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, atau menjadi sumber infeksi, dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan.
3.      Salah satu pengelolaan tinja yang aman bagi kesehatan manusia ialah dengan dibuatkannya jamban.

4.2. Saran
1.      sebaiknya masyarakat dapat mengelola pembuangan tinja dengan baik dan aman agar tinja tidak menjadi tempat berkembang biak vektor penyakit.
2.      Masyarakat diharapkan membuang tinja pada tempatnya (jamban) agar tidak mencemari lingkungan dan tidak menyebabkan penyakit bagi manusia.
3.      Untuk pemerintah sebaiknya menyediakan fasilitas air bersih dan fasilitas jamban sehat kepada masyarakat di permukiman agar tidak membuang tinja di air sungai.


DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Budiman. 2012. PengantarKesehatanLingkungan. Jakarta :BukuKedokteran EGC.
Kemenkes R.I, 2012. LaporanAkuntabilitaskinerjapromosikesehatan.
Mara, Duncan dan Sandy Cairncross. 1994. Pemanfaatan Air LimbahdanEkskreta. Bandung : ITB
Mckenzie, James F, Robert R. Pingerdan Jerome E. Kotecki. KesehatanMasyarakatedisi 4.Jakarta :BukuKedokteran EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 2006. IlmuKesehatanMasyarakat (Prinsip – PrinsipDasar). Jakarta :RinekaCipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. IlmuKesehatanMasyarakat (Ilmu Dan Seni). Jakarta :RinekaCipta.


Untuk melihat slide presentasi pengolahan sampah Anda bisa mengklik link berikut ini :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar