Minggu, 24 November 2013

VEKTOR PENYAKIT

Disusun Oleh:

KELOMPOK 6 
Fitri yulianti 
Furqon Tri Fery
Neni Sandi Sasmita
 Larasati
             Novinda  Rulian                 

   Dosen Pengampuh : H. A. FICKRY FAISYA, M. Kes 

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2013

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
            Penyakit-penyakit di Indonesia yang ditularkan melalui serangga merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu, antara lain demam berdarah dengue (DBD), malaria, dan kaki gajah. Akhir-akhir ini, muncul penyakit virus chikungunyah yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Selain itu, juga terdapat penyakit saluran pencernaan, seperti disentri, kolera, demam tifoid dan paratifoid yang ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah.
            Beberapa vektor yang sering ada di Indonesia adalah nyamuk, lalat, kutu, pinjal dan tungau. Nyamuk yang menjadi vector penyakit penting di Indonesia yaitu genus culex, anopheles, dan aedes. Genus lalat yang penting adalah musca. Peran kutu sebagai vector belum definitif, akan tetapi karena ia menghisap darah, maka besar sekali kemungkinannya bahwa kutu dapat menyebarkan penyakit. Pinjal yang pernah terkenal dimasa lalu adalah pinjal tikus (xenopsylla cheopis), penyebaran penyakit pest, yang disebabkan bakteri pasteurella pestis, saast ini penyakit pest sudah jarang didapat.
            Pemutusan rantai penularan (mode of transmission) dari arthroodborne disease dapat dilakukan dengan mempelajari cara penularan dari penyakit yang ada.

B.  Rumusan Masalah
1.    Bagaimana cara atau transmisi sebuah vektor saat menularkan penyakit ?
2.    Apa saja metode yang digunakan dalam pengendalian dari vektor penyakit ?

C.  Tujuan
1.    Mengetahui cara penularan atau transmisi sebuah vektor saat menularkan penyakit
2.    Mengetahui metode yang digunakan dalam pengendalian dari vektor penyakit

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Pengertian Vektor Penyakit
1.    Vektor adalah antropoda yang dapat memindahkan atau mengeluarkan agen infection dari sumber infeksi  kepada host yang rentan (Adang, I).
2.    Vektor adalah organisme hidup yang dapat menularkan agen penyakit dari satu hewan ke hewan lain atau ke manusia (Budiman, C. 2006).
3.    Vektor adalah seekor binatang yang membawa bibit penyakit dari seekor binatang atau seorang manusia kepada binatang lainnya atau manusia lainnya (Adi , H.S. 1993).

B.  Macam – Macam Vektor dan Binatang Pengganggu
Binatang pengganggu adalah binatang yang dapat mengganggu bahkan menyerang dan menularkan penyakit terhadap manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Sebagian athropoda bertindak sebagai vektor. Arthropoda adalah suatu phylum yang mempunyai ciri-ciri kakinya beruas.( Arthorm= sendi, poda=kaki). Athropoda dibagi menjadi empat kelas:
1.    Kelas Crustacea (kaki 10), misalnya udang.
2.    Kelas Myriapoda: chilopoda dan dipoppoda, misalnya kaki seribu.
3.    Kelas Arachnoida (kaki 8), misalnya tungau.
4.    Kelas Hexapoda, misalnya nyamuk.
       Sedangkan binatang pengganggu adalah klasifikasi lain dari hewan Antropoda namun dapat juga menjadi vektor, contohnya tikus, kecoa, kutu dan hewan lainnya.
Klasifikasi arthropodborner disease menurut J.E.Park
Arthropodborner
Penyakit yang ditularkan
  1. Nyamuk
Malaria, filarial, yellow fever, ensefalitis, dengue haemofhagic fever.
  1. Lalat rumah
Demam tifoid dan paratifoid, diare, disentri, kolera, gastroenteritis, amebiasis, infestasi, helmintik, yaws, poliomyelitis, konjungtivitis, trakoma, antraks.
  1. Lalat pasir
Kalaazar, oriental sore, oraya fever, sandfly fever.
  1. Lalat tsetse
Sleeping sickness
  1. Tuma
Epidemic typus, relapsing fever, trench fever.
  1. Pinjal tikus
Bubonic plague, chiggerosis, endemic thypus, hymenolepsi diminuta.
  1. Lalat hitam
Onkosersiasis
  1. Reduvid bug
Chagus disease
  1. Sengkenit keras
Tick typus, tick paralysis, ensefalitis viral, tularemia, haemorrhagic fever, human babesiosis.
  1. Sengkenit lunak
Relapsing fever
  1. Trambiculid mite
Scrub typhus
  1. Itch-mite
Scabies
  1. Cyclops
Guinea-worm disease, fish tupewarm(D.latus)

C.  Vektor dan permasalahannya
Permasalahan vektor didasarkan pada tingkat bahaya yang ditimbulkan, tigkat populasi vektor, dan tingkat toleransi terhadap vektor. Dibagi atas 3 unsur :
a.    Masalah nyata : Keadaan nyata akibat adanya vektor.
     Contoh : Adanya kasus demam berdarah di daerah populasi.
b.    Masalah Potensial : masalah sebenarnya belum tampak tapi berpotensi untuk timbul.
     Contoh : adanya hama disuatu wilayah
c.    Masalah semu : Masalah yang masih dalam nilai ambang tolerasi

D.  Penyakit Akibat Vektor
Vektor dan binatang  pengganggu pada dasarnya dapat mempengaruhi kehidupan manusia dengan berbagai cara. Berikut ini adalah penyakit yang ditimbulkan berdasarkan jumlah faktor kehidupan yang terlibat.
1.    Penyakit –penyakit dengan dua faktor dua kehidupan (manusia-Antrhopoda).
2.    Penyakit dengan  tiga faktor kehidupan (manusia – Antrhopoda-vektor-kuman).
3.    Penyakit –penyakit dengan empat faktor dua kehidupan (manusia-Antrhopodav vektor-kuman-reservoir).
Menurut sumbernya penyakit akibat vektor dibagi dua yaitu:
1.    Penyakit Bawaan Vektor
Perpindahan penyakit melalui organisme hidup, seperti nyamuk, lalat, atau kutu. Penularannya dapat berlangsung secara mekanis, melalui bagian mulut yang terkontaminasi atau kaki vector, atau secara biologis, yang melibatkan perubahan multiplikasi atau perkembangan agens dalam vector sebelum penularan berlangsung. Pada penularan mekanis, penggandaan dan perkembangan organisme penyakit biasanya tidak terjadi. Contoh, organisme penyebab disentri, kolera, dan demam tifoid telah diisolasi dari serangga seperti kecoak dan lalat rumah dan diperkirakan tersimpan pada makanan yang disiapkan untuk konsumsi manusia. Contoh lain, vector penyakit dan penyakit yang disebarkannya mencakup nyamuk (malaria, filariasis).
2.    Penularan biologis
Perubahan multiplikasi dan/atau perkembangan agens penyakit berlangsung dalam vector sebelum penularan terjadi. Contoh vector biologis antara lain nyamuk, pinjal, kutu, tungau, lalat. Nyamuk sampai saat ini merupakan vector paling penting dalam penyakit manusia. Nyamuk menularkan virus yang menyebabkan yellow fever dan demam berdarah dengue, sekaligus menularkan 200 virus lainnya. Tungau, vector penting lainnya, menularkan Rocky Mountain spotted fever, demam berulang dal Lyme Disease. Vektor serangga lainnya adalah lalat (African sleeping sickness), pinjal (pes), kutu (tifus epidemic dan trench fever).

E.  Penularan vektor
Berikut ini ada 3 jenis cara penularan Antrophoda disease:
1.    Kontak langsung
Arthropoda secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung. Contoh: scabies dan pedikulus
2.    Transmisi secara mekanis
Misalnya penularan penyakit diare, tifoid, keracunan makanan, dan trakoma oleh lalat. Secara karakteristik, arthropoda sebagai vector mekanis membawa agens penyakit dari manusia yang berasal dari tinja, darah, ulkus superfisial atau eksudat.
3.    Transmisi secara biologis
Agens penyakit mengalami perubahan siklus dengan atau tanpa multiplikasi di dalam tubuh arthropoda. Ada 3 cara transmisi biologis yaitu:
a.    Propagative, agens penyakit tidak mengalami perubahan siklus, tetapi bermultiplikasi didalam tubuh vector. Contoh: plague bacilli pada pinjal tikus.
b.    Cyclo-propagative, agens penyakit mengalami perubahan siklus dan bermultiplikasi didalam tubuh arthropoda. Contoh: parasit malaria pada nyamuk anopheles.
c.    Cyclo-developmental, agens penyakit mengalami perubahan siklus, tetapi tidak bermultiplikasi didalam tubuh arthropoda. Contoh: parasil filarial pada nyamuk culex, dan cacing pita pada Cyclops.

F.   Bionomik Vektor
Bionomik diperlukan untuk menilai karakterisitik hewan yang dapat menjadi vektor penyakit, sehingga untuk menanggulanginya kita dapat memutus rantai kehidupan dari kebiasaan dan jalur hidupnya.
1.    Siklus hidup nyamuk dimulai dari Telur  –> Larva –> Kepompong.
2.    Perilaku nyamuk
3.    Tempat berkembang biak –> Tepat Mencari Makan –> Tempat Istirahat
4.    Perilaku Mencari Makan
a.    Perilaku Makan menurut waktu
b.    Perilaku makan menurut tempat
c.    Perilaku makan menurut sumber
d.    Frekuensi makan
e.    Umur Populasi vektor
f.     Distribuasi musiman
g.    Penyebaran Vektor
h.    Perilaku Istirahat
i.      Perilaku berkembang biak
j.      Pengaruh Vektor Fisik
5.    Ekologi Vektor
a.    Habitat Larva
b.    Kontak Vektor Pejamu
c.    Tempat istirahat
d.    Jangkauan terbang dan penyebarannya
e.    Siklus harian dan musiman

G. Epidemiologi Vektor
Ada beberapa faktor epidemiologi yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu penyakit, di antaranya : cuaca, vector, reservoir, geografis, dan perilaku manusia.
Transmisi penyakit
Agens penyebab penyakit infeksi umumnya ditularkan pada maanusia yang rentan. Mekanisme utama penularan atau transmisi agens infeksius dapat melalui beberapa cara, yaitu:
1.    Dari orang ke orang
2.    Malalui udara
3.    Melalui makanan dan air
4.    Melalui hewan
5.    Melalui vector arthropoda

H.  Konsep Integrated Pest Manajemen
Pengertian PEST awalnya dirumuskan sebagai pemanfaatan semua teknik yang ada dalam suatu program terpadu untuk mengendalikan populasi hama sedemikian rupa sehingga hama itu tidak menimbulkan kerugian sementara akibat efek samping terhadap lingkungan ditekan seminimal mungkin. (Smith & Reynolds, 1996 ; NAS, 1969)
Pendekatan pengendalian hama secara bijaksana dengan menggunakan cara-cara yang menjamin akan memberikan hasil yang memuaskan dipandang dari segi ekonomi, ekologi, dan sosial.
Konsep IPM :
1. Populasi Hama ditekan dibawah Ambang
2. Pestisida dikurangi
3. Metode non Pestisida ditingkatkan
4. Keseluruhan Program Pengendalian itu efektif, efisien, aman, dan tidak berbiaya tinggi dan diterima masyarakat.

I.     Permasalahan Penyakit Vektor di Indonesia
Beberapa vektor yang sering ada di Indonesia adalah nyamuk, lalat, kutu, pinjal dan tungau. Nyamuk yang menjadi vector penyakit penting di Indonesia yaitu genus culex, anopheles, dan aedes. Genus lalat yang penting adalah musca. Ada dua gender pada kutu yang penting yaitu pediculus dan phthirus. Peran kutu sebagai vector belum definitif, akan tetapi karena ia menghisap darah, maka besar sekali kemungkinannya bahwa kutu dapat menyebarkan penyakit. Pinjal berbeda dari kutu karena dapat meletik-letik. Pada pinal ada 3 genera yang penting yaitu xenopsylla, ctenocephalides dan pulex. Pinjal yang pernah terkenal dimasa lalu adalah pinjal tikus (xenopsylla cheopis), penyebaran penyakit pest, yang disebabkan bakteri pasteurella pestis, saast ini penyakit pest sudah jarang didapat. Pinjal anjing dan kucing (ctenocephalides) saat ini mungkin akan menjadi penting, sebagai pembawa penyakit toxoplasmosis dan cacing. Pada tungau ada 9 buah gender yang penting yaitu argas, ornithodoros, otobius, dermacentor, rhipicephalus, amblyoma, trombicula, sarcoptes dan allodermansyssus. Kebanyakan tungau menyebabkan penyakit rickettsiosis. Pemberantasan penyakit ini agak sulit karena sekali tungau terkena infeksi, maka seluruh generasi berikutnya akan terinfeksi juga. Pengaruh vector terhadap kesehatan dapat bermacam-macam, selain sebagai vector. Secara langsung, dapat menyebabkan entomophobia, gangguan ketenangan, dan dapat menjadi penyebab penyakit seperti penyakit scabies, dan myasis. Secara tidak langsung dapat menjadi reservoir agent penyakit, memusnahkan panen, dan menjadi parasite pada tubuh manusia.
Permasalahan beberapa penyakit yang berkembang di Indonesia adalah :
1.    Filariasis
Filiaris adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit nematode yang tersebar diseluruh Indonesia. Gejala pembengkakan kaki muncul karena sumbatan microfilaria pada pembuluh limfe yang biasanya terjadi pada usia diatas 30 tahun setelah terpapar parasit selama bertahun – tahun. Oleh karena itu, filariasis disebut juga penyakit kaki gajah. Beberapa spesies yang menyerang manusia diantaranya Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia trimori, dan Onchocerca volvulus.
2.    Pes
Pes memiliki nama lain plague, sampar, La peste. Pes merupakan satu penyakit zoonosis pada rodensia yang bisa ditularkan kepada manusia, dan merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan terjadinya wabah. Kekeliruan pengelolaan limbah padat  -- seperti yang terjadi pada tempat pembuangan sampah yang terbuka, dan daerah mumuh kota memicu – memicu perkembangan populasi tikus dan mencit. Binatang pengerat ini merupakan pejamu bagi pinjal, yang dapat menularkan tifus tikus (murine thypus) suatu penykit ricketsia yang ditandai dengan sakit kepala, demam, dan ruam kulit. Mungkin Zoonosis yang paling membinasakan dalam sejarah adalah pes. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Yersina pestis  Vektor penyakinya adalah pinjal (Kutu) Xenopsylla cheopsis, culex iritan., sering ditemukan pada populasi binatang pengerat liar misalnya tupai tanah. Jika  penyakit ini menemukan jalan masuk menuju populasi bintang pengerat pada kota dan besar populasi tidak dapat dikendalikan, epidemi akan terjadi yang bermula pada tikus, berlanjut pada manusia yang akan terserang penyakit ini. Pinjal yang lapar, yang terinfeksi bakteri pes, akan melompat dari tikus ke manusia. Kemudian, karena berupaya mengisap makanan dari manusia, pinjal itu akan menularkan bakteri pes.

J.    Pengendalian Penyakit Vektor
Pengendalian vektor adalah  usaha yang dilakukan untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor dengan maksud mencegah atau memberantas penyakit yang ditularkan oleh vektor atau ganguan (nuisanse) yang diakibatkan oleh vektor. Penegendalian vektor dan binatang pengganggu harus menerapakan bermacam-macam cara pengendalian, sehingga tetap berada di bawah garis batas yang tidak merugikan dan membahayakan. Serta pengendalian tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologis terhadap tata lingkungan hidup.
1.    Pengendalian lingkungan
Merupakan cara terbaik untuk mengontrol arthropoda karena hasilnya dapat bersifat permanen. Contoh, membersihkan tempat-tempat hidup arthropoda. Terbagi atas dua cara yaitu :
a.    Perubahan lingkungan hidup (environmental management), sehingga vektor dan binatang penggangu tidak mungkin hidup. Seperti penimbunan (filling), pengeringan (draining), dan pembuatan (dyking).
b.    Manipulasi lingkungan hidup (environmental manipulation), sehingga tidak memungkinkan vektor dan binatang penggangu berkembang dengan baik. Seperti pengubahan kadar garam (solinity), pembersihan tanaman air, lumut, dan penanaman pohon bakau (mangrouves) pada tempat perkembangbiakan nyamuk.
2.    Pengendalian biologi
Pengendalian ini ditujukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat pemakaian insektisida yang berasal dari bahan-bahan beracun. Cara yang dilakukan dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan atau hewan, parasit, predator maupun kuman patogen  terhadap vector. Contoh pendekatan ini adalah pemeliharaan ikan.
3.    Pengendalian Genetik
Metode ini dimaksudkan untuk mengurangi populasi vektor dan binatang penggangu melalui teknik-teknik pemandulan vektor jantan (sterila male techniques), pengunaan bahan kimia penghambat pembiakan (chemosterilant), dan penghilangan (hybiriditazion). Masih ada usaha yang lain seperti :
a.    Perbaikan sanitasi : bertujuan menghilangkan sumber-sumber makanan(food preferences), tempat perindukan (breeding places), dan tempat tinggal (resting paces), yang dibutuhkan vektor.
b.    Peraturan perundangan : mengatur permasalahan yang menyangkut usaha karantina, pengawasan impor-ekspor, pemusnahan bahan makanan atau produk yang telah rusak karena vektor dan sebagainya.
c.    Pencegahan (prevention) : menjaga populasi vektor dan binatang pengganggu tetap pada suatu tingkat tertentu dan tidak menimbulkan masalah.
d.   Penekanan (supresion) : menekan dan mengurangi tingkat populasinya.
e.    Pembasmian (eradication) : membasmi dan memusnakan vektor dan binatang pengganggu yang menyerang daerah/wilayah tertentu secara keseluruhan.
4.    Pengendalian kimia
Pada pendekatan ini, dilakukan beberapa golongan insektisida seperti golongan organoklorin, golongan organofosfat, dan golongan karbamat. Namun, penggunaan insektisida ini sering menimbulkan resistensi dan juga kontaminasi pada lingkungan. Macam – macam insektisida yang digunakan:
a.    Mineral (Minyak), misalnya minyak tanah, boraks, solar, dsb.
b.    Botanical (Tumbuhan), misalnya Pyrethum, Rotenone, Allethrin, dsb. Insektisida botanical ini disukai karena tidak menimbulkan masalah residu yang toksis.
c.    Chlorined Hyrocarbon, misalnya DDT, BHC, Lindane, Chlordane, Dieldrin, dll. Tetapi penggunaan insektisida ini telah dibatasi karena resistensinya dan dapat mengkontaminasi lingkungan.
d.    Organophosphate, misalnya Abate, Malathion, Chlorphyrifos, dsb. Umumnya menggantikan Chlorined Hydrocarbon karena dapat melawan vektor yang resisten dan tidak mencemari lingkungan.
e.    Carbamate, misalnya Propoxur, Carbaryl, Dimetilen, Landrin, dll. Merupakan suplemen bagi Organophosphate.
f.      Fumigant, misalnya Nophtalene, HCN, Methylbromide, dsb. Adalah bahan kimia mudah menguap dan uapnya masuk ke tubuh vektor melalui pori pernapasan dan melalui permukaan tanah.
g.    Repelent, misalnya diethyl toluemide. Adalah bahan yang menerbitkan bau yang menolak serangga, dipakaikan pada kulit yang terpapar, tidak membunuh serangga tetapi memberikan perlindungan pada manusia.
5.    Upaya pengendalian binatang pengganggu
Dalam pendekatan ini ada beberapa teknik yang dapat digunakan, diantaranya steril technique, citoplasmic incompatibility, dan choromosom translocation. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
a.    Menempatkan kandang ternak di luar rumah
b.    Merekonstruksi rumah
c.    Membuat ventilasi
d.    Melapisi lantai dengan semen
e.    Melapor ke puskesmas bila banyak tikus yang mati
f.       Mengatur ketinggian tempat tidur setidaknya >20 cm dari lantai.
  
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan
       Vektor merupakan antropoda organisme hidup yang dapat memindahkan atau menularkan agen penyakit dari seekor binatang atau seorang manusa kepada binatang lainnya atau manusia lainnya.
       Transmisi sebuah vektor saat menularkan penyakit adalah dengan cara, sebagai berikut:
a.    Kontak langsung, yaitu Arthropoda secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung.
b.    Transmisi secara mekanis, misalnya penularan penyakit diare, tifoid, keracunan makanan, dan trakoma oleh lalat. Secara karakteristik, arthropoda sebagai vector mekanis membawa agens penyakit dari manusia yang berasal dari tinja, darah, ulkus superfisial atau eksudat.
c.    Transmisi secara biologis, yaitu agens penyakit mengalami perubahan siklus dengan atau tanpa multiplikasi di dalam tubuh arthropoda.
Metode yang digunakan dalam pengendalian vektor penyakit adalah dengan melakukan pengendalian  di lingkungan, pengendalian secara biologi, pengendalian secara genetik, pengendalian secara kimia, dan upaya pengendalian binatang pengganggu seperti menempatkan kandang ternak di luar rumah.

B.  Saran
Untuk menghindari timbulnya vektor penyakit, usaha yang dilakukan untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor dengan maksud mencegah atau memberantas penyakit yang ditularkan oleh vektor atau ganguan yang diakibatkan oleh vektor. Ada banyak cara pengendalian tetapi kami sarankan pengendalian tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologis terhadap tata lingkungan hidup. Pengendalian lingkungan merupakan cara terbaik untuk mengontrol arthropoda karena hasilnya dapat bersifat permanen. Contoh, membersihkan tempat-tempat hidup arthropoda.

  
DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Chandra. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Kedokteran EGC.
McKenzi, James F. Robert R. Pinger. dan Jerome E. Kotecki. 2007. Kesehatan Masyarakat Suatu Pengantar Edisi 4. Jakarta : Kedokteran EGC.
Mubarak, Wahid Iqbal dan Chayatin Nurul. 2009. ILmu Kesehatan Masyrakat : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.
Soemirat, Slamet Juli. 2009. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Universitas   Gadjah Mada University.
Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga.

Untuk melihat slide presentasi vektor penyakit Anda bisa mengklik link berikut ini :